oleh : Abdullah Attaufiq Posted on Januari
25, 2013by
Diambil dari : http://abdullahattaufiq.wordpress.com/2013/01/25/apa-makna-maulid-nabi-muhammad-saw-bagi-kita/
Hampir mayoritas ummat Islam dunia memperingati bahkan merayakan
tanggal kelahiran nabi Muhammad saw. setiap tahunnya dengan cara dan bentuk
yang beragam, dari yang biasa sampai yang luar biasa, dari yang kecil-kecilan
sampai yang besar-besaran, dari yang di rumah sampai yang di lapangan. Bahkan
dari yang sekedar bersholawat dan berceramah sampai kepada yang melakukan pawai
dan arak-arakan. Namun tidak pula sedikit ummat Islam yang justru habis-habisan
melarang, membid’ahkan dan mengharamkan berbagai peringatan dan perayaan maulid
nabi Muhammad saw. Itulah fakta dan realita yang terjadi di tengah-tengah kita
ummat yang menganut agama Islam, agama yang dengan susah payah, lumuran darah
dan keringat telah disampaikan oleh Muhammad Rasulullah saw.
Di tengah hingar bingar yang ada, pernahkah kita bertanya dan
menemukan jawaban tentang apa sesungguhnya misi nabi Muhammad saw. diutus oleh
Allah swt. kepada kita ummatnya. Lalu apa yang harus kita contoh dari
kehidupannya yang mulia sepertimana yang Allah ungkapkan dalam firman-Nya,
melalui lisan yang mulia Rasulullah saw:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (al Ahzab 21)
Kalimat Uswatun hasanah atau
contoh yang baik pada diri Rasulullah sering direfleksikan sebagai Sunnah dalam kehidupan kita ummat Islam. Dalam
hal ini semua ulama sepakat bahwa mengikuti sunnah itu adalah hal yang sangat
dianjurkan bahkan mendekati wajib jika hal itu berlandaskan wahyu Allah swt.
Mengikuti sunnah Rasul dalam berbagai hal sisi kehidupan bukanlah sesuatu yang
tak berdasar dan tak berbalas di sisi Allah. Simaklah firman Allah dalam surat
Ali Imran ayat 31 berikut;
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
Aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran 31)
Berdasarkan ayat tersebut, kesungguhan kita menjalankan segala
sunnah Rasulullah dalam menunjukkan kecintan kita kepada Allah akan dibalasi
dengan rahmat dan ampunan Allah SWT. Sungguh beruntung mereka yang sampai akhir
hayatnya selalu diliputi oleh kasih dan ampunan Allah, sebaliknya alangkah
sialnya mereka yang selama hidupnya jauh dari kasih dan ampunan Allah.
Dari sekian rentetan sunnah Rasulullah saw. hal yang paling
menonjol dan senantiasa disuarakan oleh para ulama adalah akhlaq Rasulullah
saw. Bahkan, Allah swt. dzat yang maha mulia telah memberikan pengakuan akan
kemulian akhlaq yang dimiliki oleh beliau dengan firman-Nya dalam surat al
qolam ayat 4;
dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung. (al Qolam 4)
Jika kemudian kita menghubungkan ayat tersebut
dengan kata uswatun hasanah yang tersebut dalam surah
al Ahzab ayat 21, maka kita akan menemukan titik temu dan benang merah yang
jelas tentang sunnah apa yang Allah perintahkan kepada kita untuk diteladani
dari diri Rasulullah saw. yaitu kemulian akhlaq. Hal
tersebut sejalan dan senada dengan apa yang disabdakan oleh Rasullullah saw,
dalam sebuah hadits, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sungguh aku diutus menjadi Rasul tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang saleh (baik).”
Pada sebagian riwayat:
لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
”Untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Bahkan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash telah meriwayatkan bahwa Rasul
pernah bersabda:
إِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا
“Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling
baik akhlaknya.”
(HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321)
Berbicara akhlaq Rasulullah, mayoritas ulama sepakat bahwa
akhlaq beliau adalah al-quran, sepertimana yang disebutkan oleh siti Aisyah
yang sering dikutip dalam berbagai syair dalam kitab klasik seperti kitab
barzanji atau kitab salafy lainya. Artinya segala bentuk perbuatan Rasulullah
dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali bahkan tidur itu sendiri adalah
dalam rangka mengamalkan alquran, kitab yang di dalamnya terkandung perintah
dan larangan Allah.
Lalu bagaimanakah akhlaq alquran Rasullah saw. itu? Mari kita
simak firman Allah dalam surat al qoshosh ayat 77;
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (al
Qashosh 77)
Dari ayat tersebut, Secara pribadi saya menyimpulkan bahwa
akhlaqul quran yang menjadi sunnah Rasulullah yang kemudian wajib kita ikuti
adalah terbagi dalam 4 pokok yang utama, yaitu:
1. Bersungguh-sungguh dalam mencari bekal
untuk kebahagian di akhirat
Hal ini dapat kita ketahui melalui berbagai hadist tentang
bagaimana kesungguhan Rasulullah dalam mencari kebahagian akhirat, beliau
sangat serius dalam melakukan ibadah wajib maupun sunnat, seringkali kaki
Rasulullah terlihat bengkak karena terlalu lama berdiri ketika sholat tahajud
di setiap malam harinya. Rasulullah juga terkenal sangat dermawan dan pemurah
dalam bersedekah kepada fakir miskin, air mata beliau seringkali becucuran
ketika membaca al-quran, beliau juga diceritakan sering melakukan puasa sunnat
pada setiap bulannya. Dan segala bentuk ibadah itu akan meningkat kuantitas dan
kualitasnya tatkala memasuki bulan Ramadhan setiap tahunnya
2.Tidak melalaikan hak dan kewajiban duniawi
dalam kehidupan sehari-hari
Mengenai hal tersebut, banyak riwayat yang menceritakan
bagaimana pergaulan dan partisipasi beliau dalam hal-hal yang bersifat duniawi.
Beliau makan dan berpakaian lazimnya masyarakat Arab, menikahi
perempuan-perempuan muslimah, menjadi seorang ayah yang baik bagi anak-anak
kandung atau anak tirinya, menjadi majikan yang baik bagi pembantu dan
sahayanya, berjalan-jalan di pasar, memenuhi undangan pernikahan,
berkumpul(kongkow) dan makan bersama para sahabatnya, turut bergotong royong
jika ada pekerjaan yang dilakukan bersama, dan bercengkrama/bersendagurau
dengan cucu-cucunya.
3. Berbuat sebaik mungkin kepada sesama
makhluq Allah
Sejarah mencatat bagaimana beliau memperlakukan orang-orang
disekitarnya, baik yang mencintainya ataupun yang memusuhinya. Beliau amat
mengutamakan orang lain dalam berbagai hal kebaikan. Beliau dikenal pemaaf dan
tidak pendendam kepada siapa pun yang menyakitinya, bahkan jika dicaci dan
dihina sekalipun beliau hanya diam dan tidak menjawab. Menjelang akhir hayatnya
beliau mempersilahkan kepada siapa saja yang merasa pernah disakiti olehnya
baik sengaja ataupun tidak untuk memberikan balasan yang setimpal kepada
beliau. Karenanya kewafatan beliau menjadi kesedihan yang amat mendalam bagi
ummat Islam ketika itu, hal tersebut menjadi bukti betapa baiknya perilaku
beliau di mata para sahabatnya.
4. Menjaga dan memelihara keseimbangan dan
kelestarian alam dan lingkungan.
Kepedulian Rasulullah terhadap kelestarian alam dan lingkungan
sangat nyata tatkala beliau melarang pasukan muslim menebang/membakar pohon
atau merusak tempat ibadah atau bangunan pada setiap peperangan dan ekspansi
yang terjadi. Bahkan dalam hal kebersihan diri dan lingkungan sampai-sampai
beliau menyifati kebersihan itu bagian dari keimanan kita kepada Allah, itu
artinya tidak sempurna iman seorang muslim jika diri dan lingkungannya
kotor/tidak bersih. Terdapat pula hadist yang melarang kita menyakiti binatang
yang tidak kita makan, mengencingi lubang tempat semut/serangga bersarang,
lebih dari itu beliau adalah seorang gembala yang disukai oleh ternaknya karena
kelembutan dan kasih sayangnya kepada hewan.
Melalui ulasan yang singkat ini, saya menyeru kepada segenap
ummat Islam baik yang memperingati hari kelahiran Rasulullah ataupun yang
tidak, untuk meningkatkan pemahaman diri tentang 4 pokok akhlaq Rasulullah yang
mulia sepertimana telah diuraikan, lalu mari bersama-sama kita tunjukkan kepada
lingkungan kita bahkan kepada dunia akan kemulian ajaran Islam dengan
mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah secara kaffah/menyeluruh dan tidak secara
parsial. Mudah-mudahan karenanya kemudian Allah menurunkan rahmat dan
ampunannya kepada kita sekalian sehingga kita dapat dipertemukan dengan Nabi
Muhammad saw dalam keadaan sejahtera di akhirat kelak
Tidak ada komentar :
Posting Komentar