oleh:
H. CARIDIN, S.Pd, M.Si
KETUA YAYASAN HIDAYATUL MUJAHIDIN INDRAMAYU
H. CARIDIN, S.Pd, M.Si
KETUA YAYASAN HIDAYATUL MUJAHIDIN INDRAMAYU
Sejahtera merupakan tujuan dari kehidupan, untuk mencapai hidup sejahtera perlu upaya yang sangat maksimal, pencapaian kesejahteraan tergantung pada upaya pribadinya, sehingga kesejahteraan tidak bisa diukur dan dibandingkan dengan orang lain. Tingkat kesejahteraan sifatnya relatif sehingga pencapaian kesejahteraan bagi diri seseorang akan berbeda dengan kesejahteraaan yang dirasakan orang lain. Kesejahteraan akan dirasakan dengan ukuran bilamana batin merasa bahagia, nyaman dan cukup. Wujud dari pencapaian kesejahteraan ini dapat dilihat dari keseimbangan antara harapan dengan kemampuan, hal semacam ini merupakan standarisasi dalam pencapaian kesejahteraan. Pemahaman akan adanya perwujudan rasa sejahtera akan tumbuh dari diri pribadi yang mampu mencerna dan memahami rasa syukur. Untuk memenuhi tingkat ketercapaian ini perlu ada keseimbangan antara kebutuhan dunia yang menitik beratkan kepada kebutuhan lahiriah yang bersifat kebutuhan materi dengan kebutuhan batin yang bersifat kebutuhan rohani. Keseimbangan kesejahteraan disamping tumbuh dari pribadi, juga diwujudkan antara pribadi dan lingkungan.
Untuk menumbuhkan rasa sejahtera, kita harus mampu bersyukur. Rasa syukur merupakan ungkapan
hati yang tergerak tanpa ada keterpaksaan dari mana dan siapapun, untuk menerima dari hasil yang diraih pada diri kita, dan mampu mengungkapkan atas keberhasilannya. Untuk mewujudkan pencapaian rasa sukur upaya yang harus kita lakukan dengan cara meminimalisir kekurangan maupun kebutuhan. Atau dengan kata lain kita harus mampu mengendalikan diri dan emosi yang tergerak oleh hawa nafsu. Bilamana diri kita jauh dari rasa syukur, maka yang tumbuh adalah kekurangan, kemiskinan dan hidup selalu dihadapkan dengan masalah. Pada akhirnya akan menjadi orang yang kufur. Kekufuran akan membawa diri kita hidup serba susah, hidup terbayangi oleh sebuah harapan yang tak kunjung teracapai, dan akan menyiksa diri kita, lalu diri kita akan jauh dari sang Kholik. Untuk menumbuhkan rasa sejahtera, kita harus mampu bersyukur. Rasa syukur merupakan ungkapan
Harapan ingin mewujudkan kesejahteraan bukan saja hal yang dipikirkan oleh pribadi atau masyarakat namun negara pun telah memprogramkan hal ini sejak Negara itu didirikan. Sebagaimana tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Hal ini sebagai wujud nyata cita- cita rakyat Indonesia. Implementasi dari pemahaman akan adanya perwujudan dari kesejahteraan adalah dengan di bentuknya lembaga-lembaga sosial dan lembaga perekonomian, lembaga tersebut dibentuk oleh pemerintah maupun masyarakat, yang bergerak pada sosial kemasyarakatan. Didirikannya lembaga ini hendaknya mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan sosial di masyarakat, sehingga mampu mengurangi angka kemiskinan. Kemiskinan akan berpengaruh terhadap perkembangan emosional yang cenderung kearah negatip, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kemunduran bangsa.
Kesenjangan sosial di masyarakat salah satunya diakibatkan oleh faktor kemiskinan, miskin dalam hal ini tidak saja miskin harta tetapi juga miskin ilmu, dan iman. Kemiskinan akan memicu kepribadian masyarakat untuk melakukan hal-hal yang sporadis, brutal dan keras. Salah satu contoh terjadi tawuran antar pelajar, mahasiswa, antar suku, antar kelompok bahkan tindak kekerasan dengan dalih penegakkan agama, sikap brutal mereka bukan berarti mereka tidak beriman melainkan mereka kurang memahami arti pentingnya nilai-nilai sosial, mereka tergolong miskin nilai-nilai sosial. Disamping itu bebarapa bentuk kemiskinan juga akan membawa dampak negative bagi diri seseorang, sehingga akan membelenggu pribadi orang tersebut. Keterbatasan pengetahuan akan membuat seseorang mudah ditipu, mudah terpengaruh. Banyaknya pengangguran akan memicu munculnya masalah sosial dan kurangnya iman rentan terhadap hal-hal yang melawan agama, untuk itu sejak dini kita harus meminimalisir, mengurangi bahkan menghapus kemiskinan, karena kemiskinan sangat berpengaruh pada diri seseorang yang cenderung melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat.
Jihad di era modernisasi yang harus kita tanamkan dan kita pupuk baik pada diri kita maupun pada generasi kita, bukan jihad untuk melawan penjajah, atau melawan mereka yang beda agama, suku, bangsa, adat, budaya, melainkan melawan kemiskinan. Kadang kita salah memahami arti jihad, sehingga segala bentuk kebrutalan berdalih jihad. Jika kita mampu menanamkan pemahaman arti jihad maka akan tercipta suasana damai, harmonis, dan tidak muncul konplik antar umat beragama, antar suku, antar golongan bahkan antar pemerintah dengan warganya maupun sebaliknya.
Untuk mewujudkan kedamaian dan keharmonisan butuh upaya yang serius baik oleh diri kita, masyarakat maupun pemerintah. Upaya yang sedini mungkin dilakukan adalah peningkatan kesejahteraan yaitu dengan meningkatkan pelayanan diberbagai bidang salah satunya adalah bidang ekonomi, karena factor ekonomi merupakan factor yang mendominasi terjadinya kesenjangan di masyarakat. Semua komponen mempunyai beban dan tanggung jawab bersama. Ada satu hal yang meyebabkan dosa yang harus ditanggung bersama. Kita semua telah lalai akan kewajiban kita terhadap saudara-saudara kita yang belum memperoleh keberuntungan. Kita sebagai pedagang, petani, nelayan bahkan Pegawai Negeri pun belum maksimal memberikan sebagian rejeki kepada kaum duafa.
Sistem pengelolaan zakat terutama zakat mal yang masih belum berjalan secara maksimal termasuk salah satu factor yang dapat menimbulkan kesenjangan ekonomi dan sosial di masyarakat. karena zakat merupakan sarana penting bagi manusia untuk meningkatkan nilai ibadah dan mempererat persaudaraan. Sehingga tercapailah kebahagiaan dunia dan akherat. Sebagai mana dalam Al Quran Surat At Taubah ayat 103 “ Ambilah Zakat dari harta mereka, dari zakat itu, kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. Dengan zakat akan tercipta hubungan baik antar manusia dan antar sang kholik.
Menunaikan zakat dengan baik, menuntut ilmu pengetahuan dengan gigih dan meningkatkan ibadah, berarti kita telah berjihad. Dengan zakat akan mengurangi angka kemiskinan terutama miskin harta, belajar dengan gigih berarti kita memerangi kemiskinan yaitu miskin ilmu dan meningkatkan ibadah, kita akan melawan kemiskinan yaitu miskin iman. Semoga kita melakukannya dengan penuh rasa tanggung jawab serta ikhlas sehingga terciptalah Baldatun Toyibatun Warobun Ghofur.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar