Minggu, 27 Oktober 2013

JIHAD AKBAR DI ERA MODERNISASI

oleh:
H. CARIDIN, S.Pd, M.Si
KETUA YAYASAN HIDAYATUL MUJAHIDIN INDRAMAYU

     Sejahtera   merupakan tujuan   dari kehidupan, untuk mencapai hidup sejahtera perlu  upaya yang sangat maksimal, pencapaian kesejahteraan tergantung pada upaya pribadinya, sehingga kesejahteraan tidak bisa diukur dan dibandingkan dengan orang lain. Tingkat kesejahteraan sifatnya relatif sehingga pencapaian kesejahteraan bagi diri seseorang akan berbeda dengan kesejahteraaan  yang dirasakan orang lain. Kesejahteraan akan dirasakan dengan ukuran  bilamana batin merasa bahagia, nyaman dan cukup.  Wujud dari pencapaian kesejahteraan ini dapat dilihat   dari keseimbangan antara harapan dengan kemampuan,  hal semacam ini merupakan  standarisasi dalam pencapaian kesejahteraan. Pemahaman akan adanya perwujudan rasa sejahtera  akan tumbuh dari diri pribadi yang mampu mencerna dan memahami rasa syukur. Untuk memenuhi  tingkat ketercapaian ini  perlu ada keseimbangan  antara kebutuhan dunia yang menitik beratkan kepada kebutuhan lahiriah yang bersifat kebutuhan materi dengan kebutuhan batin yang bersifat kebutuhan rohani. Keseimbangan kesejahteraan disamping tumbuh dari pribadi, juga diwujudkan antara pribadi dan lingkungan.
     Untuk menumbuhkan rasa sejahtera,  kita harus mampu bersyukur. Rasa syukur merupakan ungkapan
hati yang tergerak tanpa ada keterpaksaan dari mana dan siapapun,   untuk menerima dari hasil yang diraih pada diri kita, dan mampu mengungkapkan atas keberhasilannya.    Untuk mewujudkan  pencapaian rasa sukur upaya yang harus kita lakukan dengan cara meminimalisir kekurangan maupun kebutuhan. Atau dengan kata lain  kita harus mampu mengendalikan diri dan emosi yang tergerak oleh hawa nafsu.  Bilamana diri kita jauh dari rasa syukur, maka  yang tumbuh adalah kekurangan, kemiskinan dan hidup selalu dihadapkan dengan masalah.  Pada akhirnya akan menjadi orang yang   kufur. Kekufuran akan membawa diri kita  hidup serba susah, hidup terbayangi oleh sebuah harapan yang tak kunjung teracapai, dan  akan menyiksa diri kita, lalu diri kita akan jauh dari sang Kholik.
    Harapan ingin mewujudkan kesejahteraan  bukan saja hal yang dipikirkan oleh pribadi atau masyarakat namun negara pun telah memprogramkan hal ini sejak Negara itu didirikan. Sebagaimana tercantum pada  Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Hal ini sebagai wujud nyata cita- cita rakyat Indonesia. Implementasi dari pemahaman akan adanya perwujudan dari   kesejahteraan adalah dengan di bentuknya lembaga-lembaga sosial dan lembaga perekonomian, lembaga tersebut dibentuk oleh pemerintah maupun masyarakat,  yang bergerak pada sosial kemasyarakatan.  Didirikannya lembaga ini hendaknya mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan sosial di masyarakat, sehingga mampu mengurangi angka kemiskinan. Kemiskinan akan berpengaruh terhadap perkembangan emosional yang cenderung kearah negatip, yang pada akhirnya    akan berdampak terhadap  kemunduran bangsa.
    Kesenjangan sosial di masyarakat salah satunya diakibatkan oleh faktor kemiskinan, miskin dalam hal ini tidak saja miskin harta  tetapi juga  miskin ilmu, dan iman. Kemiskinan akan memicu kepribadian masyarakat untuk melakukan hal-hal yang sporadis, brutal dan keras. Salah satu contoh  terjadi tawuran antar pelajar, mahasiswa, antar suku, antar kelompok bahkan   tindak kekerasan dengan dalih penegakkan agama, sikap brutal mereka bukan berarti  mereka  tidak beriman melainkan mereka kurang memahami arti pentingnya nilai-nilai sosial, mereka tergolong miskin nilai-nilai sosial. Disamping itu bebarapa bentuk kemiskinan juga  akan membawa dampak negative bagi diri seseorang, sehingga akan membelenggu   pribadi orang tersebut. Keterbatasan pengetahuan akan membuat seseorang mudah ditipu, mudah terpengaruh. Banyaknya pengangguran  akan memicu munculnya masalah sosial dan kurangnya iman rentan terhadap hal-hal yang melawan agama, untuk itu sejak dini kita harus meminimalisir, mengurangi bahkan menghapus kemiskinan, karena kemiskinan sangat berpengaruh pada diri seseorang yang  cenderung melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat.  
    Jihad di era modernisasi yang harus kita tanamkan dan kita pupuk baik pada diri kita maupun pada  generasi  kita,  bukan jihad untuk melawan penjajah, atau melawan mereka  yang beda agama, suku, bangsa, adat, budaya, melainkan melawan kemiskinan. Kadang kita salah memahami arti jihad, sehingga segala bentuk kebrutalan berdalih jihad. Jika kita mampu menanamkan pemahaman arti jihad   maka akan tercipta suasana damai, harmonis, dan tidak muncul konplik antar umat beragama, antar suku, antar golongan bahkan  antar pemerintah dengan warganya maupun sebaliknya.
Untuk mewujudkan kedamaian dan keharmonisan  butuh upaya yang serius baik oleh diri kita, masyarakat maupun pemerintah. Upaya yang sedini mungkin dilakukan adalah peningkatan kesejahteraan  yaitu dengan meningkatkan  pelayanan diberbagai bidang salah satunya adalah bidang ekonomi, karena factor ekonomi merupakan   factor yang mendominasi terjadinya kesenjangan di masyarakat. Semua komponen mempunyai beban dan tanggung jawab bersama. Ada satu hal yang meyebabkan dosa yang harus ditanggung bersama. Kita semua telah lalai akan kewajiban  kita terhadap saudara-saudara kita yang belum memperoleh keberuntungan. Kita sebagai pedagang, petani, nelayan bahkan Pegawai Negeri pun belum maksimal memberikan sebagian rejeki kepada kaum duafa.
     Sistem pengelolaan zakat terutama zakat mal yang masih belum berjalan secara maksimal termasuk salah satu factor yang dapat   menimbulkan kesenjangan ekonomi dan sosial  di masyarakat. karena zakat merupakan  sarana  penting bagi manusia untuk meningkatkan nilai ibadah dan mempererat persaudaraan.  Sehingga tercapailah  kebahagiaan dunia dan akherat. Sebagai mana dalam Al Quran Surat At Taubah ayat 103 “ Ambilah Zakat dari harta mereka, dari zakat itu, kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. Dengan zakat akan tercipta hubungan baik antar manusia dan  antar sang kholik.
     Menunaikan zakat dengan baik, menuntut ilmu pengetahuan dengan gigih dan meningkatkan ibadah,  berarti kita telah berjihad. Dengan zakat akan mengurangi angka kemiskinan terutama miskin harta, belajar dengan gigih berarti kita memerangi kemiskinan yaitu miskin ilmu dan meningkatkan ibadah, kita akan melawan  kemiskinan yaitu miskin iman. Semoga kita  melakukannya dengan  penuh rasa tanggung jawab serta ikhlas sehingga terciptalah  Baldatun Toyibatun Warobun Ghofur.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Popular Posts

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU